Diskriminasi Gender dan Gerakan Perempuan: Meretas Jalan Menuju Kesetaraan

 

Di tengah geliat modernisasi dan kemajuan zaman, diskriminasi gender masih menjadi persoalan serius yang membelenggu kehidupan sosial masyarakat. Ketimpangan perlakuan antara laki-laki dan perempuan tidak hanya terlihat dalam praktik-praktik domestik, tetapi juga di dunia pendidikan, ekonomi, politik, bahkan dalam hukum dan budaya.

Diskriminasi gender adalah bentuk ketidakadilan yang terjadi ketika seseorang diperlakukan berbeda hanya karena identitas gendernya. Dalam banyak kasus, perempuan menjadi kelompok yang paling terdampak. Mereka sering kali diposisikan sebagai warga kelas dua, dibatasi hak-haknya, dan dijauhkan dari akses serta kesempatan yang seharusnya setara dengan laki-laki.

Diskriminasi gender tidak muncul begitu saja. Ia bertumbuh dalam sistem budaya patriarkis yang telah mengakar kuat di banyak masyarakat. Dalam sistem ini, laki-laki dianggap lebih dominan, rasional, dan layak memimpin, sementara perempuan dianggap lemah, emosional, dan hanya pantas berada di ranah domestik. Pandangan ini lalu dilegitimasi oleh berbagai institusi, mulai dari keluarga, sekolah, hingga negara.

Pandangan sempit ini menjadi akar dari berbagai bentuk ketidakadilan: pelecehan seksual, pernikahan anak, kekerasan dalam rumah tangga, stereotip peran gender, ketimpangan upah, dan minimnya partisipasi perempuan dalam ruang publik. Diskriminasi gender membawa dampak serius tidak hanya bagi perempuan, tetapi juga bagi kemajuan masyarakat secara keseluruhan. Ketika perempuan tidak diberikan ruang dan peluang untuk berdaya, maka potensi besar yang mereka miliki menjadi terhambat. Padahal, berbagai studi menunjukkan bahwa partisipasi aktif perempuan dalam pembangunan ekonomi, pendidikan, dan politik mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Dampak lainnya adalah lahirnya ketidakadilan struktural, maraknya kekerasan terhadap perempuan, dan rendahnya kesadaran akan hak-hak asasi. Dalam banyak kasus, perempuan dipaksa untuk diam, menerima, dan hidup dalam bayang-bayang diskriminasi yang diwariskan secara turun-temurun.

Namun sejarah tidak mencatat perempuan hanya sebagai korban. Dari masa ke masa, perempuan telah bangkit dan memperjuangkan hak-haknya melalui gerakan-gerakan sosial. Mulai dari gerakan feminis di Eropa dan Amerika Serikat pada abad ke-19, hingga perjuangan tokoh-tokoh seperti R.A. Kartini di Indonesia yang menggaungkan pentingnya pendidikan bagi perempuan.

Hari ini, gerakan perempuan terus berkembang melalui berbagai jalur, baik secara formal melalui organisasi, lembaga swadaya masyarakat, maupun secara informal lewat media sosial dan komunitas digital. Kampanye-kampanye seperti #MeToo, #GirlsNotBrides, dan #PerempuanBersuara menunjukkan bahwa perempuan tidak lagi diam terhadap ketidakadilan yang menimpa mereka. Gerakan ini tidak hanya menuntut kesetaraan hak, tetapi juga mendorong perubahan struktur sosial yang lebih adil, inklusif, dan menghargai martabat semua manusia.

Pendidikan memiliki peran penting dalam menghancurkan tembok diskriminasi gender. Melalui pendidikan yang adil dan setara, generasi muda bisa dibekali dengan pemahaman kritis tentang peran perempuan dalam masyarakat, pentingnya kesetaraan, serta bagaimana membangun relasi sosial yang bebas dari kekerasan dan ketimpangan.G enerasi muda, khususnya mahasiswa, memiliki kekuatan besar dalam menyuarakan perubahan. Mereka adalah agen transformasi yang bisa menjembatani nilai-nilai keadilan dengan realitas sosial yang masih timpang.

Maka dengan itu, Ikatan Mahasiswa Sape Bima (IMSB) melalui Bidang Pemberdayaan Perempuan mengambil peran aktif dalam perjuangan melawan diskriminasi gender. Salah satu langkah nyata yang dilakukan adalah melakukan sosialisasi dan kampanye kesetaraan gender ke sekolah-sekolah yang dimulai dari SMAN 2 Sape. Dalam kegiatan tersebut, IMSB tidak hanya memberikan materi edukatif tentang bentuk dan dampak diskriminasi gender, tetapi juga menyampaikan motivasi dan inspirasi kepada para siswi agar berani bersuara, berani bermimpi, dan tidak tunduk pada ketidakadilan yang membelenggu perempuan selama ini.

Kegiatan ini bertujuan untuk menanamkan kesadaran sejak dini tentang pentingnya kesetaraan, menumbuhkan rasa percaya diri di kalangan remaja perempuan, serta membangun solidaritas antara siswa dan siswi dalam menciptakan lingkungan yang inklusif dan bebas diskriminasi.

IMSB percaya bahwa perubahan besar dimulai dari langkah kecil yang konsisten dan penuh semangat. Dengan melibatkan pelajar sebagai sasaran utama, diharapkan gerakan kesadaran gender bisa tumbuh dan berkembang dalam dunia pendidikan.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama