Sape, Bima – Ribuan warga tumpah ruah di sepanjang jalan utama Kecamatan Sape pada Kamis Siang tanggal 3 Juli 2025, menyambut meriah peringatan Hari Jadi Bima ke-285. Salah satu kegiatan paling dinanti dalam perayaan tahunan ini adalah Pawai Rimpu, sebuah tradisi budaya yang kental dengan nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Bima. Dalam barisan pawai tersebut, Ikatan Mahasiswa Sape Bima (IMSB) tampil memukau dengan balutan busana adat dan semangat pelestarian budaya yang tinggi.
Pawai yang dimulai dari Lapangan Sangia dan berakhir di halaman Kantor Camat Sape itu berlangsung semarak. Diiringi oleh musik tradisional, orasi budaya, dan sambutan hangat masyarakat, IMSB berjalan dengan penuh percaya diri mengenakan rimpu, pakaian adat khas perempuan Bima yang sarat akan makna kesopanan dan kehormatan. Bagi IMSB, keikutsertaan ini adalah bentuk nyata kontribusi generasi muda dalam menjaga dan merawat identitas daerah.
>“Kami hadir bukan hanya sebagai peserta, tapi sebagai bagian dari generasi yang ingin melestarikan warisan budaya. Rimpu bukan sekadar kain, tapi simbol jati diri yang harus terus hidup,” ujar Ketua IMSB saat ditemui usai pawai.
Busana rimpu yang dikenakan para peserta, khususnya perempuan, memperlihatkan betapa kuatnya nilai kesopanan dan adat istiadat yang masih terjaga. Rimpu terdiri dari dua jenis: rimpu colo yang menutupi seluruh tubuh kecuali mata, dan rimpu mpida yang menutup kepala dan sebagian badan namun tetap memperlihatkan wajah. Di tengah arus modernisasi, tradisi ini masih dirawat dengan baik oleh masyarakat, terutama lewat kegiatan seperti pawai budaya.
IMSB, yang terdiri dari mahasiswa-mahasiswa asal Sape yang kini menempuh pendidikan di berbagai perguruan tinggi, menjadikan pawai ini sebagai momentum memperkuat kembali ikatan mereka terhadap tanah kelahiran. Di sepanjang rute pawai, mereka juga membawa poster bertuliskan pesan-pesan budaya seperti “Budaya Kita, Jati Diri Kita” dan “Mahasiswa Peduli Budaya Daerah.”
Sepanjang jalan dari Lapangan Sangia hingga Kantor Camat, masyarakat Sape terlihat sangat antusias menyambut pawai. Banyak warga berdiri di pinggir jalan sambil mengambil foto dan menyemangati para peserta. Tua-muda, laki-laki maupun perempuan, semua tampak larut dalam suasana kebersamaan yang kental dengan semangat budaya.
>“Saya senang melihat anak-anak muda ikut melestarikan budaya rimpu. Ini bukti bahwa adat kita masih dihargai,” ungkap salah satu masyarakat yang turut menyaksikan pawai.
Partisipasi IMSB dalam kegiatan budaya seperti ini menunjukkan bahwa mahasiswa tidak hanya memiliki peran dalam dunia akademik, tetapi juga di tengah-tengah masyarakat sebagai agen pelestari budaya. Mereka tidak hanya tampil, tetapi juga membawa pesan moral tentang pentingnya menjaga identitas lokal di tengah derasnya arus global.
Pawai Rimpu menjadi ruang edukasi sekaligus panggung ekspresi. Melalui keterlibatan aktif mahasiswa, generasi muda didorong untuk tetap terhubung dengan nilai-nilai budaya, tidak melupakan akar sejarah, dan tetap membanggakan identitasnya sebagai bagian dari masyarakat Bima.
>“Kami berharap keterlibatan mahasiswa bisa menjadi inspirasi bagi generasi muda lainnya untuk tidak malu berbudaya,” lanjut Ketua IMSB.
Pawai ini bukan sekadar kegiatan seremonial. Lebih dari itu, ia menjadi simbol kebersamaan masyarakat, kebanggaan terhadap budaya, dan kesadaran kolektif bahwa warisan budaya adalah bagian penting dari keberlanjutan suatu daerah. IMSB, melalui penampilan dan pesan yang dibawa, telah memberikan kontribusi besar dalam menghidupkan kembali semangat cinta daerah.
Di akhir pawai, suasana keakraban terlihat di pelataran Kantor Camat Sape, di mana para peserta saling bersilaturahmi, berfoto bersama, dan menikmati hiburan rakyat. Momen ini menjadi penutup yang indah dari satu rangkaian kegiatan yang bukan hanya meriah, tetapi juga penuh nilai dan makna. ( Tim )